Kamis, 27 Oktober 2011

(Di Jalan Raya) Betapa Dekatnya Kita Dengan Maut!

Sebenarnya bisa dihindarkan....

Judulnya jelas sangat berarti dan pasti diiyakan oleh mereka yang peduli akan savety riding. Mungkin juga akan dicuekin oleh mereka yang berprinsip “motor aing kumaha aing”. Tapi peduli atau tidak, sadar atau tidak sadar, kecelakaan di jalan raya bagaikan pemangsa yang siap sedia menunggu kelengahan kita. Bahkan baru-baru ini Marco Simoncelli, pembalap motoGP yang balapan dengan standar keamanan tertinggi di duniapun terenggut jiwanya menyusul Daijiro Kato yang meninggal dunia di even yang sama tahun 2003 silam. Tidak perlu diceritakan betapa tragisnya saat Simoncelli tertabrak motor rivalnya setelah terguling di aspal dengan helm terlepas dari kepala, atau betapa mengerikannya melihat motor Daijiro Kato yang hancur berkeping-keping saat menabrak dinding pembatas lintasan.

Kamis, 13 Oktober 2011

Turing THB HTML Bogor : Meraung Dalam Kesunyian.......

 Deru macan membelah sunyinya hutan.
Menyatukan nafas kami dengan rumput dan pepohonan.
Tiada kata terucap selain mata tajam menatap.
Menembus malam dalam indahnya pekat.
Sebuah kebersamaan bersama para sahabat……..
(Sebuah malam di jalur pameungpeuk-cianjur selatan, turing THB Bogorianz 2011)

Apa yang para biker bayangkan sewaktu menyusuri jalan berliku dan merasakan terpaan angin sewaktu melampiaskan sebuah hasrat maskulin bernama turing? Apakah mereka membayangkan dirinya menjadi Valentino Rosi, Casey Stoner atau Jorge Lorenso yang kemampuan manuvernya merajai sirkuit motoGP? Barangkali ada juga yang membayangkan dirinya bak Ali Topan, pemuda yang gemar mengendarai motor mengejar kebebasan. Kalau saya jelas memilih sebagai diri saya sendiri, seorang manusia yang ternyata memiliki keterbatasan. Hasrat untuk terus melaju demi mengejar sunrise dan hembusan sejuk angin pagi di pantai Pangandaran pupus sudah disaat perjalanaan turing kesana terpakasa dihentikan karena rasa kantuk dan lelah yang tidak bisa diajak kompromi. 5 jam melaju diatas tiger sejak kami berangkat dari Tajur Bogor jam 10 malam dan kemudian menyusuri jalur Puncak, Cianjur, Bandung, Cilenyi ternyata sudah cukup menguras energi. Setelah mata tidak bisa fokus melihat kendaraan di depan termasuk melihat tiger bro Wahyu yang melaju 2 meter di depan saya, terpaksa saya harus mengangkat tangan kiri, tanda saya harus berhenti. Bro Eko, sang sweeper yang dengan setia membuntuti saya di belakang sejak saya mengurangi speed sigap menghampiri. Setelah saya jelaskan bahwa saya tidak kuat lagi meneruskan perjalanan, segera saja dia menarik handle gas mengejar sebagian rombongan yang terus meluncur di depan.